Menu

Menu1

coiga

Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) adalah organisasi profesi wartawan olahraga di Indonesia. SIWO Pusat sebagai induk dari 33 Pengurus Cabang Siwo Provinsi memiliki hampir 3.000 anggota dari media cetak, televisi dan online yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Inilah modal kekuatan SIWO dalam melakukan tugas jurnalistik dan melaksanakan peran dalam pembinaan olahraga di tanah air.

Senin, 17 Februari 2014

BERITA DUKA CITA > Telah Berpulang Wartawan Teladan, Pariang Panjaitan

Riang Panjaitan (duduk)
SIWO PUSAT COM -  Seluruh Pengurus Siwo PWI Pusat mengucapkan turut berbelasungkawa atas meninggalnya wartawan Pariang (Riang) Panjaitan pada Minggu, 16 Februari 2014. Beliau menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 03.00 WIB di Rumah Sakit Cikini, Jakarta. Almarhum telah dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Menteng Pulo, Senin, 17 Februari 2014. Semoga arwah almahum diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.

            Riang Panjaitan merupakan wartawan yang disegani dengan tulisannya yang enak dibaca dan berimbang. Dia terkenal dengan tubuhnya yang tinggi besar dan rambut gondrongnya. Selama kariernya dia banyak menulis soal sepak bola dan tinju serta hiburan.
           
Melihat sosoknya yang tinggi besar banyak yang menyangka wartawan Sinar Pagi dan Berita Kota ini sangar. Namun sebenarnya dia memiliki penampilan dan hati yang lembut. Sehingga banyak rekan wartawan dan para juniornya bukan sekadar akrab namun sering meminta nasehat dan masukan soal masalah penulisan maupun tentang olahraga di Indonesia.
           
Kini Bang Riang yang lahir 24 Juni 1954 sudah meninggalkan kita. Selamat jalan Bang. Beristirahatlah dengan tenang ……

            Berikut bebera  coretan dari rekan-rekan almarhum yang SIWO PUSAT COM kutip dari akun facebook masing-masing.

Yon Moeis
Selamat jalan Abangda Riang Panjaitan, kita tak lagi bercerita tentang masa lalu yang indah itu. dulu, ketika kita sama-sama jadi wartawan di Senayan, wartawan yang Abang katakan cuma mampu jalan kaki, Abang mengajarkan aku banyak hal; soal kejujuran, persahabatan, dan memelihara pertemanan dengan baik. dan, aku ingat Abang pernah mengatakan bahwa kita tak boleh mengemis kepada nara sumber. Bang Riang, aku sedih, tapi aku tak boleh menangis. Aku hanya ingin menyertai doa dalam perjalanan pulang Abang, dan aku akan selalu ingat masa-masa indah kita dulu di Senayan. Bang Riang, selamat jalan, damailah di sana .....

Suhartono Sanjoto

Terlalu banyak kenangan indah selama aku mengenal Bang Riang Panjaitan. Abang inilah yang banyak memberiku pelajaran, terutama penulisan sepakbola dan olahraga, termasuk diskusi soal seni (nyanyi). Kritik Bang Riang kepada peserta audisi nyanyi di sejumlah televisi, memperkaya ilmu dan pengetahuanku soal dunia tarik suara.
Meskipun aku membuat pola pemberitaan olahraga Berita Kota, namun Bang Riang memberikan banyak sekali masukan. Apalagi kalau menyangkut penulisan, angle.
Banyak kenangan bersama Bang Riang: abang, sahabat, guru.
Selamat jalan Bang!

Cocomeo News

Selamat Jalan Sobat !
WARTAWAN TELADAN

Selama sesama menjadi jurnalis di lingkungan olharaga kawasan Senayan, Riang Panjaitan adalah wartawan yang punya sikap yang jujur, cek & ricek, dan selalu memiliki beritanya sangat 'balance', bahkan tak pernah menyudutkan sumber berita atau pun obyek berita.

Setiap berdebat, juga selalu lebih jeli melihat obyek dari sisi yang teduh dan sejak. Bahkan, selalu menjadi tempat mengadu para jurnalis seangkata atau pun yuniornya dengan bijak. Tidak banyak wartawan yang memiliki 'hati' dalam menulis apa saja. Kami, dan keluarganya sangat kehilangan untuk referensi berdiskusi.

Baru saja, rekan yang paling dekat M. Nigara mengirim puisinya kepada sahabatnya untuk bisa dicemplungi ke akun CN.

UNTUKMU SAHABAT
Sahabat,
Tak terasa sungguh
Hari-hari kita melangkah
Hari-hari kita tertawa
Hari-hari kita berdebat
Telah sampai di titiknya…

Sahabat,
Ingatkah ketika kita berkenalan?
Ingatkah ketika kita sama mengejar?
Ingatkah ketika kita dikira rampok?
Atau, ingatkah engkau ketika setas dolar Amerika
milik Oom Benny Mulyono dipercayakan kepada kita?

Sahabat,
Satu-satu kalian meninggalkan aku engkau dan para sahabat lain telah sampai pada pelabuhan paling akhir bahteramu akan segera berlayar
Layar akan membawamu menuju DIA…begitu juga para sahabat lain yang telah lebih dulu berlabuh di tempatNYA

Sahabat,
Aku tak tahu, kapan waktuku datang
Aku masih harus terus meraba
Aku masih terus berusaha
Aku masih tetap waspada
Aku Percaya, kita pasti bisa kembali bersama….

Sahabat,
Kepulangan adalah duka
Duka bagi kami yang tertinggal
Semoga kepulangan jadi bahagia
Bagimu yang telah berjalan di depan…

Sahabat,
Dari lubuk hatiku yang terdalam
Maafkanlah segala kekhilafanku
Sobat, Jalan dan jalanlah terus
Jangan lagi engkau ragu sang Khalik telah menunggu…

Untuk sahabatku Pariang Panjaitan Cinere.17 Februari 2014

Percakapan Obrolan Berakhir

Selamat jalan sobat !
Selamat Jalan Sobat ! WARTAWAN TELADAN Selama sesama menjadi jurnalis di lingkungan olharaga kawasan Senayan, Riang Panjaitan adalah wartawan yang punya sikap yang jujur, cek & ricek, dan selalu memiliki beritanya sangat 'balance', bahkan tak pernah menyudutkan sumber berita atau pun obyek berita. Setiap berdebat, juga selalu lebih jeli melihat obyek dari sisi yang teduh dan sejak. Bahkan, selalu menjadi tempat mengadu para jurnalis seangkata atau pun yuniornya dengan bijak. Tidak banyak wartawan yang memiliki 'hati' dalam menulis apa saja. Kami, dan keluarganya sangat kehilangan untuk referensi berdiskusi. Baru saja, rekan yang paling dekat M. Nigara mengirim puisinya kepada sahabatnya untuk bisa dicemplungi ke akun CN. UNTUKMU SAHABAT Sahabat, Tak terasa sungguh Hari-hari kita melangkah Hari-hari kita tertawa Hari-hari kita berdebat Telah sampai di titiknya… Sahabat, Ingatkah ketika kita berkenalan? Ingatkah ketika kita sama mengejar? Ingatkah ketika kita dikira rampok? Atau, ingatkah engkau ketika setas dolar Amerika milik Oom Benny Mulyono dipercayakan kepada kita? Sahabat, Satu-satu kalian meninggalkan aku engkau dan para sahabat lain telah sampai pada pelabuhan paling akhir bahteramu akan segera berlayar Layar akan membawamu menuju DIA…begitu juga para sahabat lain yang telah lebih dulu berlabuh di tempatNYA Sahabat, Aku tak tahu, kapan waktuku datang Aku masih harus terus meraba Aku masih terus berusaha Aku masih tetap waspada Aku Percaya, kita pasti bisa kembali bersama…. Sahabat, Kepulangan adalah duka Duka bagi kami yang tertinggal Semoga kepulangan jadi bahagia Bagimu yang telah berjalan di depan… Sahabat, Dari lubuk hatiku yang terdalam Maafkanlah segala kekhilafanku Sobat, Jalan dan jalanlah terus Jangan lagi engkau ragu sang Khalik telah menunggu… Untuk sahabatku Pariang Panjaitan Cinere.17 Februari 2014 Percakapan Obrolan Berakhir Selamat jalan sobat !


Widhy Purnama

Bang Riang dalam Kenanganku

Meskipun selama menjadi 'kuli tinta' di Senayan, saya sangat jarang meliput sepak bola, tetapi saya punya kedekatan tersendiri dengan wartawan PSSI yang satu ini. Ya. dia Bang Riang ( Riang Panjaitan) yang kala itu bernaung di bawah bendera Surat Kabar "Sinar Pagi".

Kami bisa dekat, karena saya yang waktu ngantor di Harian "Berita Yudha" bertetangga dengan kantor "Sinar Pagi". Tetapi bukan karena kantor kami bersebalahan, melainkan karena kalau kantong saya lagi kosong plong, selalu numpang naik taksi. Bang Riang yang bayarin.

Soal naik taksi, saya punya kenangan cerita aneh sekaligus lucu. Setiap kali Bang Riang mengacungkan jari telunjuknya, tidak ada satupun taksi yang mau berhenti. Padahal, sudah jelas taksinya kosong. Akhirnya, dia menyuruh saya yang menyetop. Benar. Acungan jari saya lebih ampuh.

"Kenapa setiap taksi yang Abang stop enggak ada yang mau berhenti tadi Bang," tanya saya setelah duduk di dalam taksi.

Bang Riang diam sejenak, lalu berujar dengan suara pelan seakan tidak ingin supir taksi di depan kami mendengar. "Mungkin supir taksi takut melihat tampang aku. Seram mungkin," ujarnya.

Bang Riang ketika itu memiliki tubuh yang gendut dan besar, rambutnya gondrong ikal dan kumisnya hampir menutupi seluruh bibirnya. Bahkan menyatu dengan jenggotnya. Tak heran jika supir taksi merasa ngeri melihatnya. Tetapi, ini justru menjadi berkah buat saya, karena sejak itu dia selalu mengajak saya bareng ke kantor dari Senayan. Tugas saya cuma menyetop taksi, sedang urusan bayar ya bang Riang.

Selama di taksi itulah juga saya banyak menyedot ilmu-ilmu jurnalistik dari bang Riang lewat obrolan. Semua pertanyaan dijawabnya dengan lugas dan jelas, tapi sekaligus kadang kocak.

Misalnya, pernah saya tanya, "apa sih sebenarnya definisi lead dalam berita itu, Bang?"

"Ya kepala kau itu lead," tukasnya. "Muka kau itu juga lead," tambahnya.

Saya cuma tersenyum mendengar jawaban itu.

"Tau enggak kau maksud aku?" tanya Bang Riang, hingga membuat aku langsung menyembunyikan senyumku.

"Maksud aku lead itu kepala berita ya seperti kepala kau itu. Bayangkan macam mana kalau kau tanpa kepala, seperti itulah berita tanpa lead. Paham kau!"

Aku mengangguk.

Bang, sudah sebegitu dekat kita. Begitu pula, sudah sedemikian lama kita tak jumpa. Namun, kedekatan itu serasa kukecap lagi, ketika facebook mempertemukan kita kembali di dunia maya.

Kini kita sudah harus berpisah lagi dan lebih jauh pula. Abang pergi untuk selama-lamanya.

Selamat jalan Bang Riang. Semoga Tuhan ampuni segala dosa. Amin.



Teruna Jaya Ginting
Bang Riang Panjaitan, saat ini sudah tak ada kata yg tepat untuk diucapkan. Kata seakan tak bermakna. Yang pasti, kami sangat kehilangan. Engkau guru, engkau saudara, engkau juga sahabat. Banyak cerita kita jalani bersama, banyak hal membuat benang merah terjalin erat di antara hati kita. Selamat jalan ke Rumah Bapa, Bang Riang.



Marah Sakti Siregar
Baru mendapat kabar duka sorg teman lama: Riang Panjaitan, wartawan senior di peliputan olahraga, meninggal dunia sekitar pkl 02.30wib dini hour tadi di RS Cikini, Jkt. Alm kena ckp lama kenastroke dan invalid. Tp, semangat hidupnya trs menyala. Terutama utk mengantarkan dua puterinya yg bersuara bagus agar dpt meniti karier sbg penyanyi. Selamat jalan, sobat. Semoga beristirahat dalam damai. RIP.


Zulkarnain Alregar
Telah berpulang dgn damai, saudara kita, sahabat kita, abang kita: wartawan senior Pariang Panjaitan pada Minggu (15/2) pukul 05.00. Semoga amal ibadah diterima di sisi Nya, amin. Jenazah disemayamkan di rumah duka RS Cikini Jakarta Pusat.

Riang Panjaitan
Papa telah dipanggil Bapa ke surga jam 3 tadi. Tolong dimaafkan kesalahan papa selama ini. Terima kasih - sarah


Cocomeo Cacamarica

AYO, Riang.........Jangan Bosan Menulis............

Sabtu tengah malam (15 Februari), saya Neta S Pane menyempatkan datang di ruangan ICCU Rumah Sakit Cikini, kawasan Raden Saleh. Ternyata sahabat kita sedang terbaring, dengan sesak napas yang sungguh menyulitkan. Gula darahnya yang siang tadi mencapai 450, kini sebetulnya sudah mendingan sekitar 200.

Namun, karena infeksi menjangkit ke seluruh tubuh, sehingga kondisinya lumayan tidak menggembirakan. Ayo Riang.........kita-kita rindu tulisanmu yang kritis di facebook setiap ada event-event dunia kesenian, khususnya musik.
AYO, Riang.........Jangan Bosan Menulis............ Sabtu tengah malam (15 Februari), saya dan Neta S Pane menyempatkan datang di ruangan ICCU Rumah Sakit Cikini, kawasan Raden Saleh. Ternyata sahabat kita sedang terbaring, dengan sesak napas yang sungguh menyulitkan. Gula darahnya yang siang tadi mencapai 450, kini sebetulnya sudah mendingan sekitar 200. Namun, karena infeksi menjangkit ke seluruh tubuh, sehingga kondisinya lumayan tidak menggembirakan. Ayo Riang.........kita-kita rindu tulisanmu yang kritis di facebook setiap ada event-event dunia kesenian, khususnya musik.


>>>> Kunjungi Sumber Asli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar