Oleh: Gungde Ariwangsa
SIWO PUSAT COM - Kami, para wartawan khususnya wartawan olahraga, berduka begitu dalam atas meninggalnya Supardi Saleh. Wartawan tiga jaman yang sudah melanglang di dunia pers sejak tahun 1970 itu menghadap Sang Khalik di Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (18/2/2014). Mas Pardi - demikian saya biasa memanggil beliau - berpulang saat bertugas meliput Kejuaraan Nasional Biliar di Kota Batik. Ini menjadi bukti wartawan yang pernah bertugas di Harian Kami, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Suara Bangsa dan Majalah Berita Biliar ini memang setia pada profesinya sampai ajal memanggil dalam usia 65 tahun. Dia lahir, hidup dan meninggal untuk dunia pers.
Dalam rentang waktu yang begitu panjang
menjadi wartawan olahraga, Mas Pardi termasuk kenyang
pengalaman meliput berbagai kejuaraan single event mau pun multi
event baik di dalam dan luar negeri. Salah satu contohnya, Mas
Pardi telah meliput 10 kali kejuaraan bulutangkis All England. Rekor ini melebihi rekor Rudy Hartono yang juara delapan kali All England dan sampai kini belum terpecahkan.
Almarhum memang lebih dikenal sebagai wartawan peliput bulutangkis namun sebenarnya Mas Pardi adalah wartawan all round. Semua cabang olahraga pernah dijejaki, diintip, diliput dan ditulis. Demikian juga semua lembaga olahraga. Mulai dari tingkat klub, pengurus cabang, pengurus provinsi induk organisasi cabang olahraga demikian juga dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Federasi internasional berbagai cabang olahraga juga tidak lepas dari liputannya.
Almarhum memang lebih dikenal sebagai wartawan peliput bulutangkis namun sebenarnya Mas Pardi adalah wartawan all round. Semua cabang olahraga pernah dijejaki, diintip, diliput dan ditulis. Demikian juga semua lembaga olahraga. Mulai dari tingkat klub, pengurus cabang, pengurus provinsi induk organisasi cabang olahraga demikian juga dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Federasi internasional berbagai cabang olahraga juga tidak lepas dari liputannya.
Almarhum yang terkenal supel dan kocak
begitu luas pergaulannya. Semua wartawan dalam dan luar
negeri banyak yang mengenalnya. Kehadirannya selalu dirindukan
bila dia berhalangan meliput. Atlet, pelatih, pembina dan pengurus
olahraga hampir semua akrab dengannya..
Mas Pardi cepat dikenal bukan semata
karena tubuhnya yang kecil namun karena dalam bertugas sering
melontarkan pertanyaan yang mengagetkan. Tulisannya juga dalam dan
tajam.
Tidak mengherankan bila banyak yang
kehilangan dan berduka kala mendengar dan mengetahui Mas Pardi telah
meninggal dunia. Di media sosial bertubi-tubi muncul artikel tentang
kenangan semasa almarhum meliput dan juga ucapan berduka cita.
Reuni Akbar
Ya kami berduka cita. Namun di balik itu
kami juga pantas mengucapkan terimakasih kepada Mas Pardi. Almarhum
yang semula sempat akan dimakamkan di Pekalongan namun kemudian
dipindahkan ke Jakarta telah menyatukan hampir ratusan wartawan
olahraga saat menanti kedatangan jenazah almarhum di kantor Siwo Jaya.
Mulai pagi hari hingga jenazah tiba di
Senayan, tidak henti wartawan baik yang tua dan muda berdatangan.
Tidak mengherankan bila ajang melayat itu berubah menjadi reuni akbar
para wartawan olahraga dari berbagai lintas generasi. Ada angkatan
70, 80, 90, 2000. Rasanya inilah pertemuan besar keluarga besar Seksi
Wartawan Olahraga.
Ketika menunggu jenazah almarhum tiba,
halaman di salah sektor Stadion Utama Gelora Bung Karno itu, menjadi
ajang silaturahmi. Yang muda menjadi kenal para seniornya. Demikian
juga sebaliknya. Kadang-kadang terdengar tawa ketika para senior
berkumpul bercerita pengalaman masa lalu. Ada nostalgia lucu, unik
dan barang kali indah dan mengasyikan yang kembali muncul saat
berkumpul.
Terimakasih Mas Pardi. Memang jasadmu
yang datang namun engkau telah mampu menyatukan kami. Engkau telah
memberikan suntikan baru lagi tentang arti penting dari silaturahmi
setelah kami semua setiap hari sibuk tidak mengenal waktu untuk bekerja
dan berkarya.
Dari sini pula engkau seperti
mengingatkan kembali pentingnya persatuan dan kesatuan wartawan
olahraga. Persatuan, kebersamaan dan kesatuan telah menunjukan Siwo
memiliki potensi dan kekuatan luar biasa karena dari ratusan orang
yang datang ada orang-orang yang luar biasa.
Semoga moment reuni saat penyambutan
jenazah Mas Pardi membangunkan kembali persatuan dan eksistensi Siwo.
Semangat Mas Pardi semoga bisa memberi semangat baru agar para
wartawan olahraga bisa memberi karya dan peran yang diperhitungkan.
Terutama saat olahraga Indonesia tengah merosot dalam prestasi dan
terpinggirkan dalam pembangunan bangsa ini.
Sudah saatnya Siwo sebagai salah satu
pilar pembina dan pengawas olahraga Indonesia bangkit. Lincah, gesit
bergerak, tajam dalam menganalisa dan bernas dalam menyajikan
tulisan. Tentunya dengan tetap mengutamakan tanggungjawab.
Dari Jakarta, Pekalongan dan kembali ke
Jakarta. Mas Pardi telah dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Kami
berduka Mas Pardi. Kami berterimakasih Mas Pardi. Kami bersedih namun
engkau memberi suntikan semangat untuk bangkit dan mengenal kembali
siapa kami ini.Sebuah warisan yang tak ternilai.
Selamat jalan Mas Pardi dan
beristirahatlah engkau dengan tenang .....
* Gungde Ariwangsa: Wartawan HU Suara
Karya dan Ketua Harian Siwo Pusat
>>>> Kunjungi Sumber Asli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar