SIWO PUSAT COM - MEDAN - Hasrat KONI Pusat menghilangkan suara Pengurus Besar/Pengurus
Pusat (PB/PP) cabang olahraga (cabor) dan hanya mengakomodir KONI
Provinsi dalam penetapan tuan rumah PON 2020, mendapat reaksi keras dari
sejumlah insan olahraga tanah air, tidak terkecuali dari induk cabor.
Mereka
menilai, keinginan KONI Pusat di bawah kendali Tono Suratman sebagai
ketua umum merupakan tindakan inkonstitusi dan mau melupakan sejarah.
Maklum saja, karena PON I di Surakarta (Solo) pada 1948 silam adalah
inisiatif cabang olahraga. Sehingga sangat tidak masuk akal sekiranya
dalam perjalanannya justra cabor diabaikan.
Ketua Siwo Pusat,
Gundge Ariwangsa, bahkan tegas menyatakan jika KONI tetap memaksakan
kehendak tidak melibatkan cabor dalam penetapan tuan rumah PON 2020,
KONI jelas akan melanggar ketentuan yang berlaku.
"Sebab dalam
AD/ART sudah jelas disebutkan bahwa PB/PP adalah anggota KONI. Kalo
harus menghilangkan suara mereka, mestinya harus dilakukan dulu
perubahan AD/ART dalam Musorna nanti," kata Ariwangsa di Jakarta,
Minggu.
Ditambahkannya, kemungkinan yang paling realistis dalam
penetapan tuan rumah PON tersebut adalah KONI dan Pemerintah menetapkan
cabor yang akan dipertandingkan. Setelah itu, barulah mereka yang ikut
memilih, karena regulasinya memang sudah jelas disebutkan penetapan
tersebut dilakukan oleh anggota KONI.
"Lagi pula, selama ini kan
sudah berjalan bagus, kenapa harus diubah? Apakah KONI Pusat
berkeinginan anggotanya hanya KONI Provinsi? Kalau demikian, artinya
PB/PP dipersilakan berafiliasi ke KOI, ini memang memungkinkan," pungkas
Ariwangsa.
Senada itu, Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin Husin,
menyayangkan sikap KONI sekiranya menghapus suara PB/PP dalam penetapan
tuan rumah PON 2020. Sebab yang nantinya akan bertanding dan lebih
mengerti masalah teknis pertandingan adalah cabor.
"Sangat
disayangkan karena yang bertanding adalah cabor bukan KONI. Hal paling
krusial adalah masalah teknis di lapangan, itu sepenuhnya domain cabor.
Karena itu, saya minta keinginan tersebut ditinjau ulang," tegas Djohar.
Pernyataan
lebih tegas disampaikan Anjas Rifai, Ketua Umum Persatuan Sepak Takraw
Indonesia (PSTI). Menurut pria yang juga pengacara ini, tindakan KONI
jelas tidak bisa diterima akal sehat.
"Inilah yang membuat
prestasi olahraga kita terpuruk, karena terlalu banyak intrik yang
dimainkan. Yang punya atlet dan urusan teknis itu adalah cabor. KONI
hanya sebagai fasilitator, sehingga arogansi yang akan dilakukan harus
segera dihentikan," sesal Anjas.
Alasan KONI menghapus suara
cabor dalam pemilihan tuan rumah merujuk pada penentuan tuan rumah SEA
Games, Asian Games dan Olimpiade, yang hanya melibatkan induk olahraga
nasional (NOC) setempat. Namun KONI melupakan adanya ketentuan dalam
AD/ART yang mestinya diubah terlebih dahulu.
>>>> Kunjungi Sumber Asli
Media informasi Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) Pusat sebagai ajang silaturahmi dan pertukaran informasi anggota SIWO dan seluruh masyarakat olahraga Indonesia
Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) adalah organisasi profesi wartawan olahraga di Indonesia. SIWO Pusat sebagai induk dari 33 Pengurus Cabang Siwo Provinsi memiliki hampir 3.000 anggota dari media cetak, televisi dan online yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Inilah modal kekuatan SIWO dalam melakukan tugas jurnalistik dan melaksanakan peran dalam pembinaan olahraga di tanah air.
Senin, 24 Februari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar