Menu

Menu1

coiga

Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) adalah organisasi profesi wartawan olahraga di Indonesia. SIWO Pusat sebagai induk dari 33 Pengurus Cabang Siwo Provinsi memiliki hampir 3.000 anggota dari media cetak, televisi dan online yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Inilah modal kekuatan SIWO dalam melakukan tugas jurnalistik dan melaksanakan peran dalam pembinaan olahraga di tanah air.

Kamis, 06 Februari 2014

Asian Games 2014: Tenis Kali Ini Terbuang

Elbert Sie dan Christopher Rungkat (Antara)
SIWO PUSAT COM - JAKARTA – Sungguh mengenaskan nasib cabang olahraga tenis dalam kepengurusan Pengurus Besar Pelti di bawah pimpinan Ketua Umum Maman Wiryawan. Sudah menelan pil pahit tidak dipertandingkan pada SEA Games 2013 di Myanmar maka kali ini tenis terbuang dari daftar cabang olahraga yang akan dikirim Indonesia ke Asian Games Incheon, Korea Selatan.


Dari 19 cabang olahraga yang diputuskan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) untuk berangkat ke Incheon sama sekali tidak ada cabang tenis. Justru yang muncul adalah cabang soft tenis. Dengan demikian maka tenis tidak akan dipersiapkan dan diberangkatkan menuju Asian Games.

Ketua Satlak Prima Suwarno menyatakan, keseluruhan cabor yang mewakili kontingen Indonesia pada pesta olahraga negara- negara Asia itu sebanyak 19 cabor. “Terhitung pada hari ini, sesuai dengan persetujuan dari Dewan Pembina Satlak Prima, jumlah cabor yang akan dikirim ke Asian Games fix 19 cabor, dengan jumlah atlet sebanyak 145 orang. Namun, jumlah atlet ini masih belum termasuk cabor sepakbola. Satlak Prima sendiri mengalokasikan 23 nama, sesuai dengan kebutuhan pemain cabor sepakbola,” papar Suwarno.

Jumlah 19 cabang itu yang akan diajukan kepada Dewan Pembina. Ke-17 cabor tersebut mendapat rekomendasi dari Tim Seleksi berdasarkan prestasi yang dicatatkan pada SEA Games XXVII Myanmar 2013 (medali emas), Asian Games 2010 (medali perunggu), serta menempati peringkat 3 Asia pada tahun lalu. Namun, khusus untuk cabor taekwondo dan sepakbola, Suwarno mengatakan terdapat catatan eksepsional alias keistimewaan.

Ke-19 cabor yang akan diberangkatkan itu adalah sepakbola, taekwondo,  tinju, karate, gulat, wushu, taekwondo, atletik, kano, dayung, angkat berat, renang, balap sepeda, equestrian, panahan, boling, sepak takraw, voli pantai, bulutangkis, dan soft tennis.

Ketua Harian Siwo Pusat, Gungde Ariwangsa yang juga pengamat intens tenis mengaku sedih dengan tidak diberangkatnya tenis ke Asian Games Incheon. Ini menjadi tragedi kedua tenis di masa kepengurusan Maman Wirjawan setelah tidak dipertandingkan di SEA Games. “Tenis makin tenggelam saja di Tanah Air dan kawasan regional maupun Asia dan dunia. Ini harus ,menjadi instrospeksi kepengurusan Maman. Mengapa tenis sampai begini?,” kata Gungde yang mantan Pemimpin Redaksi Tabloid Tennis Indonesia itu.

Selain itu, Gungde menyatakan, tidak diperhitungkannya tenis untuk berangkat ke Asian Games menjadi masa berkabung bagi masyarakat tenis di Indonesia. Pasalnya, dalam Asian Games sebelumnya-sebelumnya, tenis selalu menjadi cabang andalan Indonesia untuk merebut medali. “Bukan sembarang medali tetapi medali emas,” ucap Gungde.

Wartawan HU Suara Karya itu menambahkan, tenis dulu merupakan cabang olahraga Indonesia yang ditakuti di kawasan Asia. Emas selalu mengalir dari tenis dalam ajang Asian Games. Mulai dari era Lanny Kaligis, Lita Sugiarto, Suzana Anggarkusuma Wibowo, Yayuk Basuki, Wynne Prakusya, Angelique Widjaja, Lisa Andriyani, Wukirasih Sawondari untuk putri dan Justedjo Tarik untuk putra. Bahkan tenis pernah menjadi penyelamat Indonesia dengan menyumbang satu-satunya emas pada Asian Games Seoul 1986 lewat duet Suzanna/Yayuk.

"Korea selalu menghadirkan emas untuk tenis Indonesia di ajang Asian Games. Setelah Suzanna/Yayuk di Seoul maka pada Asian Games 2002 di Busan regu putri kita merebut emas. Tim Indonesia saat itu diperkuat Wynne, Angie, Lisa dan Wukir," tuturnya.

Meskipun sedih namun Gungde melihat wajar tenis kali ini tidak dikirim ke Asian Games. Selain tidak dipertandingkan di SEA Games lalu, prestasi tenis Indonesia juga menurun drastic saat ini. Tidak ada pemain putra maupun putri yang menonjol jangankan untuk kawasan dunia dan Asia, bahkan untuk Asia Tenggara saja tidak ada. Prestasi tenis Indonesia makin tertinggal jauh disbanding negara-negara Asia lainnya.

“Saya justru khawatir kalau tenis diberangkatkan. Bisa jadi bulan-bulanan lawan dan hanya menjadi turis. Mungkin pengurusnya yang bernafsu berangkat bisa saja. Namun realistis saja, tenis kali ini sebaiknya konsentrasi membenahi diri ke dalam dulu dengan melakukan pembinaan yang baik dan benar,” tegasnya.

Dia lalu menyebutkan, untuk putra, Indonesia sebenarnya memiliki pemain yang bisa diandalkan yaitu Christopher Benjamin Rungkat dan Elbert Sie. Untuk putri ada Ayu Fani Damayanti, Lavinia Tananta dan Jessy Rompies. Namun akhir-akhir ini mereka tidak mendapat kesempatan tanding di luar negeri sehingga potensi yang mereka miliki tidak tersalurkan dengan baik. Jadilah mereka hanya berkutat di dalam negeri.  (SPC-1)




>>>> Kunjungi Sumber Asli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar