Elbert Sie dan Christopher Rungkat (Antara) |
Dari 19 cabang
olahraga yang diputuskan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima)
untuk berangkat ke Incheon sama sekali tidak ada cabang tenis. Justru yang
muncul adalah cabang soft tenis. Dengan demikian maka tenis tidak akan
dipersiapkan dan diberangkatkan menuju Asian Games.
Ketua Satlak
Prima Suwarno menyatakan, keseluruhan cabor yang mewakili kontingen Indonesia pada pesta olahraga negara- negara Asia itu sebanyak 19 cabor. “Terhitung pada hari ini,
sesuai dengan persetujuan dari Dewan Pembina Satlak Prima, jumlah cabor yang
akan dikirim ke Asian Games fix 19 cabor, dengan jumlah atlet sebanyak 145
orang. Namun, jumlah atlet ini masih belum termasuk cabor sepakbola. Satlak
Prima sendiri mengalokasikan 23 nama, sesuai dengan kebutuhan pemain cabor
sepakbola,” papar Suwarno.
Jumlah 19 cabang
itu yang akan diajukan kepada Dewan Pembina. Ke-17 cabor tersebut mendapat
rekomendasi dari Tim Seleksi berdasarkan prestasi yang dicatatkan pada SEA
Games XXVII Myanmar 2013 (medali emas), Asian Games 2010 (medali perunggu),
serta menempati peringkat 3 Asia pada tahun
lalu. Namun, khusus untuk cabor taekwondo dan sepakbola, Suwarno mengatakan
terdapat catatan eksepsional alias keistimewaan.
Ke-19 cabor yang
akan diberangkatkan itu adalah sepakbola, taekwondo, tinju, karate, gulat, wushu, taekwondo,
atletik, kano, dayung, angkat berat, renang, balap sepeda, equestrian, panahan,
boling, sepak takraw, voli pantai, bulutangkis, dan soft tennis.
Ketua Harian
Siwo Pusat, Gungde Ariwangsa yang juga pengamat intens tenis mengaku sedih
dengan tidak diberangkatnya tenis ke Asian Games Incheon. Ini menjadi tragedi kedua
tenis di masa kepengurusan Maman Wirjawan setelah tidak dipertandingkan di SEA
Games. “Tenis makin tenggelam saja di Tanah Air dan kawasan regional maupun Asia dan dunia. Ini harus ,menjadi instrospeksi
kepengurusan Maman. Mengapa tenis sampai begini?,” kata Gungde yang mantan
Pemimpin Redaksi Tabloid Tennis Indonesia
itu.
Selain itu,
Gungde menyatakan, tidak diperhitungkannya tenis untuk berangkat ke Asian Games
menjadi masa berkabung bagi masyarakat tenis di Indonesia. Pasalnya, dalam Asian
Games sebelumnya-sebelumnya, tenis selalu menjadi cabang andalan Indonesia untuk
merebut medali. “Bukan sembarang medali tetapi medali emas,” ucap Gungde.
Wartawan HU
Suara Karya itu menambahkan, tenis dulu merupakan cabang olahraga Indonesia yang ditakuti di kawasan Asia. Emas selalu mengalir dari tenis dalam ajang Asian
Games. Mulai dari era Lanny Kaligis, Lita Sugiarto, Suzana Anggarkusuma Wibowo,
Yayuk Basuki, Wynne Prakusya, Angelique Widjaja, Lisa Andriyani, Wukirasih
Sawondari untuk putri dan Justedjo Tarik untuk putra. Bahkan tenis pernah
menjadi penyelamat Indonesia
dengan menyumbang satu-satunya emas pada Asian Games Seoul 1986 lewat duet
Suzanna/Yayuk.
"Korea selalu menghadirkan emas untuk tenis Indonesia di ajang Asian Games. Setelah Suzanna/Yayuk di Seoul maka pada Asian Games 2002 di Busan regu putri kita merebut emas. Tim Indonesia saat itu diperkuat Wynne, Angie, Lisa dan Wukir," tuturnya.
"Korea selalu menghadirkan emas untuk tenis Indonesia di ajang Asian Games. Setelah Suzanna/Yayuk di Seoul maka pada Asian Games 2002 di Busan regu putri kita merebut emas. Tim Indonesia saat itu diperkuat Wynne, Angie, Lisa dan Wukir," tuturnya.
Meskipun sedih
namun Gungde melihat wajar tenis kali ini tidak dikirim ke Asian Games. Selain
tidak dipertandingkan di SEA Games lalu, prestasi tenis Indonesia juga
menurun drastic saat ini. Tidak ada pemain putra maupun putri yang menonjol
jangankan untuk kawasan dunia dan Asia, bahkan
untuk Asia Tenggara saja tidak ada. Prestasi tenis Indonesia
makin tertinggal jauh disbanding negara-negara Asia
lainnya.
“Saya justru
khawatir kalau tenis diberangkatkan. Bisa jadi bulan-bulanan lawan dan hanya
menjadi turis. Mungkin pengurusnya yang bernafsu berangkat bisa saja. Namun
realistis saja, tenis kali ini sebaiknya konsentrasi membenahi diri ke dalam
dulu dengan melakukan pembinaan yang baik dan benar,” tegasnya.
Dia lalu
menyebutkan, untuk putra, Indonesia
sebenarnya memiliki pemain yang bisa diandalkan yaitu Christopher Benjamin
Rungkat dan Elbert Sie. Untuk putri ada Ayu Fani Damayanti, Lavinia Tananta dan
Jessy Rompies. Namun akhir-akhir ini mereka tidak mendapat kesempatan tanding
di luar negeri sehingga potensi yang mereka miliki tidak tersalurkan dengan
baik. Jadilah mereka hanya berkutat di dalam negeri. (SPC-1)
>>>> Kunjungi Sumber Asli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar